Monday, April 29, 2013

Renungan Doa



QUANTITY AND QUALITY PRAYERS (I Tes 5:17)

yohanes waworundeng

Sebagian orang Kristen menganggap bahwa doa itu jangan di ukur dari berapa banyak waktu yang di pakai. Sebagian lainnya berkata: berikan waktu lebih banyak.

Lamanya berdoa dan bagaimna kualitas doa bukanlah inti dari kehidupan berdoa. Seberapa sering kita berbicara dengan orang tua bukanlah jaminan bahwa kita berada dalam komunikasi yang baik. Namun, apabila waktu yang kita miliki singkat tidak mungkin ada cukup waktu untuk memahami dan mengenal mereka.

Lamanya berdoa dan kualitas dari doa bukanlah inti dari kehidupan berdoa.

Jika demikian apa prinsip utamanya? Prinsip utamanya adalah relasi. Apa maksudnya? Relasi menentukan seberapa waktu dan kualitas di dalamnya yang kita berikan untuk berkomunikasi dengan seseorang.

Saya ingin berbicara lebih banyak dan memberi perhatian kepada ayah saya, karena ia adalah ayah saya. Hal ini tidak boleh di balik. Saya tidak berbicara lebih banyak dan memberikan perhatian lebih kepada ayah saya untuk menunjukkan ia ayah saya.

Seberapa kita sadar bahwa ia adalah ayah saya seharusnya membawa kita untuk mau lebih banyak berkomunikasi dan memberikan perhatian lebih banyak kepadanya.

Sama halnya dalam kehidupan berdoa. Kita tidak memberikan waktu lebih banyak berdoa untuk menunjukkan bahwa Allah adalah Bapa kita. Tetapi, karena kita tahu bahwa Ia adalah Bapa kita, maka kita akan memberikan waktu untuk dan perhatian yang penuh dalam waktu itu untuk berdoa/ berkomunikasi kepadanya.

Semakin kita mengenal Allah dalam perbuatan dan sifat-sifat-Nya akan membuat kita semakin sadar bahwa tidak ada tempat untuk menyatakan segala pergumulan, kesusahan, dan kegembiraan selain hanya kepada Allah. Dan tidak ada waktu yang terbaik selain berada di dekatnya.

Mengapa kita tidak mau atau bahkan hitung-hitungan waktu berdoa kepada Allah? Karena kita kurang mengenal Dia. Mengapa kita kurang mengenal Dia? Karena kita jarang mendengar suara-Nya melalui Firman Allah.

Berdoa adalah hak istimewa yang Allah berikan kepada setiap orang percaya untuk bisa berkomunikasi kepada-Nya. Di dalam kondisi apapun kita bisa berdoa. Dia adalah Bapa kita dan kita adalah anak-anak-Nya. Berbicaralah kepadanya lebih banyak dan setiap waktu adalah selalu menjadi waktu yang berkualitas pada waktu dekat dengan Allah. Amin.

Renungan Tentang Ibadah


MENGHORMATI TUHAN: IBADAH - Yesaya 1 : 10-20

yohanes waworundeng

APA ITU IBADAH?
Dalam bahasa Inggris, istilah yang dipakai untuk "ibadah” mempunyai arti "layak" dan dan satu kata lagi yang menunjukkan arti memberi hormat.. Jadi, ibadah (worship) adalah suatu pemujaan; pernyataan hormat kepada yang layak disembah. Dalam bahasa Ibrani (PL), menggunakan kata yang berarti "menundukkan diri." Dalam bahasa Yunani (PB) menggunakan kata yang berarti menyembah atau "mencium tangan kepada." Jadi, ibadah adalah ungkapan penyembahan manusia dalam sikap menundukkan diri di hadapan Allah yang di sembah.

MENGAPA KITA BERIBADAH?
Alasan yang paling mendasar adalah:
Karena keselamatan yang dari Tuhan. (Ibrani 9 : 13-14)
Sebab, jika darah kambing jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah,
      14 terlebih lagi darah Kristus, yang melalui Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tidak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

Kita beribadah kepada Allah, karena kita telah di selamatkan-Nya. Melalui korban Kristus kita telah di selamatkan. Di tebus dan telah di kuduskan. Kita datang kepada Allah, karena Allah berbelas kasihan terlebih dahulu kepada kita.

Pada waktu manusia berdosa pertama kali, bukan adam dan hawa yang mencari Allah, melainkan sebaliknya. Adam dan hawa yang berdosa, seharusnya mati ketika berhadapan dengan Allah yang maha Kudus. Tetapi karena kemurahan Allah, mereka selamat. Apakah kemurahan Allah itu gratis? Kejadian 3:21 mencatat bahwa Allah membuatkan pakaian dari kulit binatang. Ini berarti, ada korban binatang. Ayat ini penting karena menjadi saksi. Saksi apa? Saksi bahwa konsep pemberian korban, bukan mulai dari manusia, melainkan telah di ajar oleh Tuhan Allah sendiri.

Ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, ada perjanjian yang telah di buat oleh Allah melalui Musa. Pada tulah yang terakhir, Musa meminta orang Israel melumuri rumah mereka dengan darah binatang korban, supaya mereka mendapatkan keselamatan dari maut. Hal yang menarik, di dalam keluaran 12, Tuhan memerintahkan orang Israel, untuk memperingati itu dalam ibadah yang di sebut korban Paskah bagi Tuhan. Bukan hanya memperingati, tetapi mereka harus mengajarkan anak-anak mereka turun-temurun.
Berulang kali Tuhan mengatakan kepada Musa untuk memberitahu orang Israel dan Firaun, bahwa Israel telah di khususkan bagi Tuhan. Mereka harus di bebaskan dari perbudakan Mesir. Untuk tujuan apa? Supaya mereka beribadah kepada Tuhan

Demikianlah kita orang yang percaya kepada Kristus. Kita telah memperoleh keselamatan dari Tuhan melalui pengorbanan Kristus. Kita harus beribadah kepada Allah. Kalau saudara di tanya mengapa anda beribadah? Jawabnya adalah karena saya sudah di selamatkan dan di tebus oleh Allah. Tapi tugas yang penting adalah, pertama-tama, kita harus mengajarkannya turun-temurun kepada anak-anak kita. Kalau kita di tanya, papa mama, kenapa kita tiap minggu harus ke Gereja dan beribadah, saya harap kita semua tahu bagamana memberi jawaban yang benar.

BAGAIMANA SEHARUSNYA BERIBADAH YANG BENAR?

Kalau kita membaca seluruh kitab Imamat, maka kita akan melihat betapa Tuhan mengatur segala tata cara penyembahan dan bahkan Ia memberikan ketentuan-ketentuan yang terperinci. Pada waktu kita membaca kitab ini, kita akan menyadari, ibadah bukanlah apa yang MAU kita lakukan untuk Tuhan. Sebaliknya, ibadah adalah apa yang TUHAN MAU untuk kita lakukan bagi-Nya. (Yakobus 1 : 26).

Orang sering beranggapan bahwa Tuhan selalu mau menerima orang yang berdoa, berbakti / beribadah kepadaNya.  Apakah benar Tuhan selalu mau menerima orang yang berbakti, berdoa kepada-Nya?
Tanpa cara yang berkenan kepada Allah, sesungguhnya ibadah kita adalah sebuah kejahatan di mata Allah. (Yesaya 1 : 11-16) Apa yang tidak berkenan kepada Tuhan:
  1. Ibadah yang berpusat pada diri sendiri (ayat 12)
  2. Ibadah yang tidak sungguh (ayat 13). Terjemahan yang lebih baik: ibadah/ persembahan yang sia-sia, sombong, besar kepala/ besar mulut.
  3. Kehidupan yang cemar dan berdosa : tidak mengusahakan keadilan; bersekutu dengan orang yang kejam; tidak peduli pada kesusahan sesama (ayat 16)
Sebaliknya ibadah yang memuliakan Tuhan :
  1. Ibadah yang pusatnya adalah Tuhan.
  2. Ibadah yang sungguh : rendah hati, sepenuh hati, pikiran dan perasaan (Mazmur 2 : 11). Penekanan bagaimana beribadah juga terjadi pada Mazmur 100 : 2. Sungguh-sungguh bukan berarti tegang dan kaku. Sungguh-sungguh berarti juga mengekspresikan kesukaan kita pada ibadah kepada Tuhan
  3. Ibadah yang mempunyai komitmen untuk hidup kudus bagi Tuhan. Amin

Renungan Keluarga



KELUARGA YANG MENJUNJUNG TINGGI FIRMAN ALLAH – Kejadian 2:16-17; 3:6; Mazmur 119:105

yohanes waworundeng

Satu kali seorang Pendeta mendapat telepon dari seorang ibu, jemaatnya di USA. Ibu ini berkata kepada Pendeta ini, mengaku begitu susah hati karena rumah tangganya sedang di dalam keretakan. Pendeta ini bertanya: ”Ada apa dalam rumah tangga anda?” Ibu itu mengatakan: “Rumah tangga kami tidak ada masalah pak, kami tidak pernah bertengkar, ekonomi juga baik, tidak pernah ribut-ribut”. Lalu Pendeta ini kembali bertanya kepada ibu itu:”Ibu, ada apa dalam rumah tanggamu?” Ibu ini sekali lagi menjelaskan bahwa rumah tangganya tidak ada masalah, tidak pernah bertengkar dan tidak pernah ribut-ribut.” Lalu Pendeta ini bertanya lagi kepada ibu itu:”Bu, ada apa dalam rumah tanggamu?. Ibu itu lalu mulai bingung, akhirnya dia bertanya: “ maksudnya apa ya pak pertanyaan bapak?” Pendeta ini berkata: Ibu menjawab pertanyaan saya dengan mengatakan tidak ada masalah, tidak ada ribut-ribut. Pendeta itu melanjutkan dengan berkata:”Kalau memang tidak ada ribut-ribut, tidak ada masalah, lalu ada apa?” Pertanyaan ini langsung mengoreksi tepat pada permasalahannya. Jikalau memang tidak ada ribut-ribut, tidak ada masalah, lalu ada apa? Jikalau rumah tangga tidak ada jeleknya, lalu juga tidak ada bagusnya, bukankah kondisinya sama saja dengan nihil?

Satu kali anak remaja datang, dan bercerita tentang kekesalannya terhadap papanya. Dia berkata: saya gak pernah nakal, saya tidak pernah buat masalah di sekolah, tidak pernah bandel, tapi papa saya selalu agak keberatan kalau saya mau ke gereja. Saya bertanya: pernah tidak pagi-pagi bangun buatkan papa kopi, bantu dia mempersiapkan pakaian kerjanya, belikan sesuatu di hari ulang tahunnya? Anak ini dengan sedikit tersenyum berkata tidak pernah. Saudara, hidup dipenuhi dengan problematika-problematika yang pelik. Mampukah kekristenan mengatasinya, bagaimana orang-orang Kristen menjadi saksi di tengah-tengah hidupnya sendiri dipenuhi problematika yang sama?

Mari kita menilik kehidupan keluarga pertama di bumi ini. Adam dan Hawa berada dalam suatu kondisi kelimpahan yang luar biasa. Secara jasmaniah, mereka tidak kekurangan sesuatu apapun untuk mereka makan dan minum. Secara emosional, mereka dipuaskan dengan otoritas yang Allah berikan, mereka juga dipuaskan dengan hidup berpasangan bukan? Bukan hanya itu, puncak dari kelimpahan itu adalah Allah sendiri bergaul dengan mereka, Allah berada di tengah-tengah mereka. Masalah muncul ketika bapa segala dusta muncul (dalam rupa ular itu). Dia menawarkan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat itu bukan? Kejadian 3:6 memberitahu kepada kita bahwa perempuan itu (Hawa) melihat bahwa pohon itu baik untuk di makan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.

Saudara, Hawa dan Adam di goda dalam 2 pintu masuk: mata dan indera perasa. Eye dan taste. Kalau kita melihat bahwa di dalam perkembangannya dalam dosa, dipengaruhi oleh mata dan berhubungan dengan taste. Mata berhubungan dengan apa yang bisa di lihat, yang kelihatan, yang bisa di terima secara visual. Indera perasa, kecap, taste berhubungan dengan hasrat, sentimentil. Pada waktu kita berbicara tentang dunia modern, sebenarnya banyak sekali menekankan kekuatan mata. Kalau kita melihat salah satu iklan obat mata, kental sekali paham modernism di dalamnya. Orang melamar kerja matanya merah, khawatir, tidak bisa di terima, lalu pakai obat tetes mata itu, matanya jadi terang lalu diakhiri dia lulus wawancara dan di terima bekerja. Sebenarnya apa kaitannya dunia pekerjaan dengan obat tetes mata. Mungkin mengganggu, tapi pasti bukan itu permasalahan utamanya bukan. Dunia modern juga pada akhirnya menghasilkan pemikiran-pemikiran yang mempunyai hubungan dengan apa yang bisa di lihat. Maka orang barat, ketika mengerti tentang sebuah penjelasan, berkata: “i see, isee”.

Begitu pula taste mempengaruhi hidup kita, apa yang bisa dirasakan, apa yang menjadi hasrat, apa yang diinginkan oleh hati. Apa yang di terima oleh mata, bukan hanya semata-mata mempengaruhi logika, tetapi juga mendorong hasrat. Maka kalau kita lihat orang memandang lukisan, matanya bisa berkaca-kaca, bisa senyum-senyum sendiri. Mengapa perusahaan membuat diagram-diagram untung rugi, grafik-grafik pergerakan ekonomi? Pada waktu grafiknya naik, pimpinan akan angguk-angguk tanda puas, kalau grafiknya turun, lain lagi responnya. Mengapa pada hari ini banyak bisnis kualitas rendah laku keras? Bukan masalah ekonomi saja, tapi karena manusia sudah tidak mampu lagi membedakan sesuatu dari segi kualitas, tapi apa yang menyenangkan mata dan memuaskan hasrat.

Apa yang terjadi dengan Adam dan Hawa selanjutnya? Mereka makan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat itu. Disitulah mereka dikatakan jatuh ke dalam dosa. Mengapa makan buah itu mereka menjadi berdosa? Saudara di sini kita melihat, bahwa ketika manusia mulai membangun hidupnya dari keinginan mata, kenikmatan hidup, hasrat, maka hidupnya tidak akan kuat dan sangat rapuh sekali. Keluarga-keluarga yang membangun rumah tangganya di atas dasar keinginan mata, kenikmatan, hasrat, tidak akan kokoh dan sangat rapuh. Suatu kali seorang pemudi konseling kepada seorang hamba Tuhan, dia baru saja putus dari tunangannya. Hamba Tuhan ini bingung, karena tunangan dari pemudi ini ia tahu betul seorang yang all in baik-baik saja, baik hati dan seorang dari keluarga yang baik-baik. Lalu ia bertanya kepada pemudi ini: ”apa yang sebenarnya terjadi?” Pemudi ini mengatakan sesuatu yang mengejutkan: Masalahnya bukan karena pria ini kurang tampan, atau pria ini jahat, atau melakukan kekerasan atau sesuatu yang buruk, bukan juga karena keluarganya menolak, namun justru di awal saya berpacaran dengan dia, saya pikir saya akan merasa puas karena sudah mendapatkan yang terbaik, namun ternyata justru ketampanan, kebaikannya itu yang membuat saya takut kehilangan dia, saya seringkali menangis seorang diri, saya sering curiga, meskipun saya tidak mengungkapkan kepada dia, saya takut bersaing dengan orang lain, ini buat saya tidak tahan”

Kita tidak boleh melandaskan hidup kita, rumah tangga hanya kepada apa yang bisa dinikmati oleh mata dan apa yang hanya mendatangkan hasrat. Adam dan Hawa hidup sebagai suami istri, berkecukupan dalam segala hal, mengapa salah jika menambahkan satu hal lagi saja dalam hidup mereka dengan makan buah itu? Mengapa justru mereka menjadi jatuh dalam dosa? Jawabannya adalah karena mereka tidak baik-baik mengingat suara Tuhan Allah. Allah telah berfirman: Jangan kamu makan buah itu, karena pada waktu kamu memakannya pastilah kamu akan mati! Adam dan Hawa jatuh karena mereka dipengaruhi akan kenikmatan mata dan hasrat untuk memakan buah itu, mereka mengabaikan suara/perintah Allah. Saudara, mata sebenarnya adalah sesuatu yang terbatas, mata tidak dapat melihat bagian dari sebelah dinding. Mata terbatas, melihat sejauh sesuatu yang menghalangi. Untuk apa yang ditawarkan oleh si jahat, Adam dan Hawa sebenarnya hanya perlu menutup mata atau mengalihkan pandangan ke arah yang lain, masalah selesai. Berbeda halnya dengan suara. Suara dapat melampaui dinding-dinding pemisah. Suara mempengaruhi lebih dari apa yang bisa dipengaruhi oleh mata. Selain suara Allah di taman itu Adam dan Hawa mendengar Other Voice.

Saya baru mendapatkan anak yang kedua. Anak saya yang pertama, sebelum dapat adik, sering sulit tidur. Jadi saya biasanya mengatakan: tidak usah susah, tutup mata saja, nanti tidur. Ternyata benar saudara, dia tidur dalam waktu cukup singkat. Tapi belakangan, dia sulit tidur, awal-awal saya katakan, tutup mata saja, nanti tidur. Dia tutup mata sebentar, saudara, lalu mulai melek. Saya katakan kepada dia: tutup mata, tidur. Lalu dia bilang satu kalimat: sudah pi, tapi Evan gak bisa tidur, dedek tuh ribut. Saudara lihat, mata tidak bisa mengatasi masalah kantuk dia saudara, meskipun mata tidak lagi mempengaruhi dia tapi suara itu jelas mempengaruhi dia meskipun sudah pejamkan mata. Maka dari itu, saya putar otak, bagaimana dia bisa tidur. Ah! Saya lalu katakan kepada dia, tidurlah, nanti kalau kamu bangun papi ijinkan kamu minum yakult! Atau makan agar-agar (sesuatu yang dia suka)! Wah ajaib saudara, gak berapa lama dia tidur cepat sekali.

Saudara, satu-satunya tantangan terbesar Adam dan Hawa sesungguhnya adalah OTHER VOICE/ SUARA YANG LAIN selain apa yang menarik hati dan baik kelihatannya dari buah itu. Adam dan Hawa tahu betul perintah Allah bagi mereka, apa yang di larang Allah bagi mereka, namun karena ada other voice, mereka disturb, mereka terganggu untuk mengingat suara Allah. Perintah Allah kini menjadi samar-samar dalam ingatan mereka. Di depan kita tantangan besar manusia sesungguhnya, bukan lagi apa yang dapat di lihat dan dinikmati, namun apa yang sounding. Mengapa kita selalu membeli perangkat-perangkat yang baru, meskipun yang lama tidak rusak, meskipun barang itu tidak kita butuhkan, bukan karena apa yang kita lihat saja, tetapi karena apa yang kita dengar juga. Bagaimana seandainya iklan-iklan di televisi itu hanya seputar gambar-gambar, tidak ada kata-kata dan tulisannya, kira-kira saudara tertarik tidak? Saudara hanya perlu menutup mata dan leave it (tinggalkan itu) masalah selesai. Tapi ketika itu bersuara, maka meski tidak ada gambarpun, itu bisa mempengaruhi. Dalam kasus Adam dan Hawa berarti iblis sudah pakai teknik audio visual yah saudara. Karena ada other voice Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Mereka tidak lagi menjunjung tinggi suara Allah, tidak mengingatnya dan bahkan menolak untuk melakukannya, maka mereka menemukan diri mereka berdosa di hadapan Allah, dan berbagai kesusahan hidup harus di terima sebagai resikonya. Demikian bila kita hidup dengan tidak menjunjunng tinggi firman Allah. Kita bukan saja akan menanggung segala konsekuensinya, namun tidak menutup kemungkinan kita akan jatuh dalam dosa.

Saudara, bagaimana kita merespon? Banyak orang bertanya: apa buktinya Firman Allah/ Alkitab bisa membuat hidup saya lebih baik? Atau ada yang berkata, jikalau Firman Allah yang saudara percaya itu sungguh bekerja untuk saudara bagaimana saudara yakin bahwa Alkitab itu sungguh bekerja untuk saya? Apa respon kita! Jangan heran jika anak-anak kita bertanya jika memang Firman Tuhan itu baik untuk saya mengapa papa dan mama selalu bertengkar? Mengapa semua saling tidak peduli dalam rumah ini? Dan jangan heran suatu hari anak-anak kita berkata kalau menurut papa dan mama firman Tuhan itu baik, fine! Baik! Mungkin itu hanya berlaku untukmu dan untukku tidak! Di satu sisi manusia berpikir bahwa Firman Tuhan itu seperti obat, sekali minum lalu menyembuhkan, membuat hidup yang tadinya kacau menjadi baik. Lalu mulai membanding-bandingkan, wah dia itu kesaksian luar biasa sekali yah, lalu orang mulai berpikir, apa itu bisa berlaku untuk saya juga tidak ya?

Saudara, Alkitab bukan obat, Alkitab juga bukan hanya untuk pleasurement, kesenangan hati kita. Alkitab adalah pelita bagi kaki dan terang bagi jalan. Ini berarti Firman Tuhan adalah firman yang memimpin kita, di dalam proses demi proses, memberi terang di setiap proses itu. Firman Tuhan tidak mendemonstrasikan apa yang bisa di lihat mata, apa yang hanya memuaskan hati, Firman Tuhan adalah Firman yang memimpin kita untuk hidup dalam ketaatan demi ketaatan kepada Allah. Di situlah keindahan hidup Kristen. Di dalam kegelapan kita dapat terus berjalan karena kita mendengar akan suara Allah yang memimpin kita. Mungkin Allah tidak mengangkat kegelapan itu dari kita namun Allah ingin memastikan bahwa tuntunan suara-Nya akan memimpin kita kepada kebenaran dan kekekalan. Dan satu fakta yang menghiburkan dan menguatkan, di mana ada suara di sana pasti ada sumber suara. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya Firman Allah bukan hanya sekedar kata-kata melainkan fakta bahwa Allah ada, Allah masih menyertai, Allah masih mempedulikan, Allah masih ingin berkomunikasi. Keluarga-keluarga jangan tinggalkan Firman Allah, Gereja-gereja jangan tinggalkan Firman Allah, pribadi-pribadi jangan tinggalkan Firman Allah. Tanpa Firman-Nya kita tidak mampu tetap menjalani hidup ini. Banyak yang menarik mata dan memberikan kenikmatan semu, banyak other voice yang menuntun kita dan anak-anak kita menjauhi Tuhan. Junjung tinggi Firman Tuhan supaya kita melihat kelimpahan hidup dalam Allah.

Hidup bukan hanya masalah tidak ada masalah, tidak ada ribut-ribut, tidak ada konflik. Hidup itu harus di isi dengan ketaatan demi ketaatan pada Allah, itulah yang menjadikan hidup ini berguna dan benar, hidup ini penuh dengan kelimpahan Allah, karena kita menikmati hidup dalam anugerah dan penyertaan-Nya yang sempurna. Kiranya kita terus menjunjung tinggi Firman Allah. Amin