KELUARGA YANG MENJUNJUNG TINGGI
FIRMAN ALLAH – Kejadian 2:16-17; 3:6; Mazmur 119:105
yohanes waworundeng
Satu kali
seorang Pendeta mendapat telepon dari seorang ibu, jemaatnya di USA.
Ibu ini berkata kepada Pendeta ini, mengaku begitu susah hati karena rumah tangganya
sedang di dalam keretakan. Pendeta
ini bertanya: ”Ada apa dalam rumah tangga anda?” Ibu itu mengatakan: “Rumah
tangga kami tidak ada masalah pak, kami tidak pernah bertengkar, ekonomi juga
baik, tidak pernah ribut-ribut”. Lalu Pendeta ini kembali bertanya kepada ibu
itu:”Ibu, ada apa dalam rumah tanggamu?” Ibu ini sekali lagi menjelaskan bahwa
rumah tangganya tidak ada masalah, tidak pernah bertengkar dan tidak pernah
ribut-ribut.” Lalu Pendeta ini bertanya lagi kepada ibu itu:”Bu, ada apa dalam
rumah tanggamu?. Ibu itu lalu mulai bingung, akhirnya dia bertanya: “ maksudnya
apa ya pak pertanyaan bapak?” Pendeta ini berkata: Ibu menjawab pertanyaan saya
dengan mengatakan tidak ada masalah, tidak ada ribut-ribut. Pendeta itu
melanjutkan dengan berkata:”Kalau memang tidak ada ribut-ribut, tidak ada
masalah, lalu ada apa?” Pertanyaan ini langsung mengoreksi tepat pada
permasalahannya. Jikalau memang tidak ada ribut-ribut, tidak ada masalah, lalu
ada apa? Jikalau rumah tangga tidak ada jeleknya, lalu juga tidak ada bagusnya,
bukankah kondisinya sama saja dengan nihil?
Satu kali anak remaja datang, dan bercerita
tentang kekesalannya terhadap papanya. Dia berkata: saya gak pernah nakal, saya
tidak pernah buat masalah di sekolah, tidak pernah bandel, tapi papa saya
selalu agak keberatan kalau saya mau ke gereja. Saya bertanya: pernah tidak
pagi-pagi bangun buatkan papa kopi, bantu dia mempersiapkan pakaian kerjanya,
belikan sesuatu di hari ulang tahunnya? Anak ini dengan sedikit tersenyum
berkata tidak pernah. Saudara, hidup dipenuhi dengan problematika-problematika
yang pelik. Mampukah kekristenan mengatasinya, bagaimana orang-orang Kristen
menjadi saksi di tengah-tengah hidupnya sendiri dipenuhi problematika yang
sama?
Mari kita menilik kehidupan keluarga pertama di
bumi ini. Adam dan Hawa berada dalam suatu kondisi kelimpahan yang luar biasa.
Secara jasmaniah, mereka tidak kekurangan sesuatu apapun untuk mereka makan dan
minum. Secara emosional, mereka dipuaskan dengan otoritas yang Allah berikan,
mereka juga dipuaskan dengan hidup berpasangan bukan? Bukan hanya itu, puncak
dari kelimpahan itu adalah Allah sendiri bergaul dengan mereka, Allah berada di
tengah-tengah mereka. Masalah muncul ketika bapa segala dusta muncul (dalam
rupa ular itu). Dia menawarkan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat itu
bukan? Kejadian 3:6 memberitahu kepada kita bahwa perempuan itu (Hawa) melihat
bahwa pohon itu baik untuk di makan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu
menarik hati karena memberi pengertian.
Saudara, Hawa dan Adam di goda dalam
2 pintu masuk: mata dan indera perasa. Eye dan taste. Kalau kita melihat bahwa
di dalam perkembangannya dalam dosa, dipengaruhi oleh mata dan berhubungan
dengan taste. Mata berhubungan dengan apa yang bisa di lihat, yang kelihatan,
yang bisa di terima secara visual. Indera perasa, kecap, taste berhubungan
dengan hasrat, sentimentil. Pada waktu kita berbicara tentang dunia modern,
sebenarnya banyak sekali menekankan kekuatan mata. Kalau kita melihat salah
satu iklan obat mata, kental sekali paham modernism di dalamnya. Orang melamar
kerja matanya merah, khawatir, tidak bisa di terima, lalu pakai obat tetes mata
itu, matanya jadi terang lalu diakhiri dia lulus wawancara dan di terima
bekerja. Sebenarnya apa kaitannya dunia pekerjaan dengan obat tetes mata.
Mungkin mengganggu, tapi pasti bukan itu permasalahan utamanya bukan. Dunia
modern juga pada akhirnya menghasilkan pemikiran-pemikiran yang mempunyai
hubungan dengan apa yang bisa di lihat. Maka orang barat, ketika mengerti tentang sebuah penjelasan, berkata: “i
see, isee”.
Begitu pula taste mempengaruhi hidup kita, apa
yang bisa dirasakan, apa yang menjadi hasrat, apa yang diinginkan oleh hati.
Apa yang di terima oleh mata, bukan hanya semata-mata mempengaruhi logika,
tetapi juga mendorong hasrat. Maka kalau kita lihat orang memandang lukisan,
matanya bisa berkaca-kaca, bisa senyum-senyum sendiri. Mengapa perusahaan membuat
diagram-diagram untung rugi, grafik-grafik pergerakan ekonomi? Pada waktu
grafiknya naik, pimpinan akan angguk-angguk tanda puas, kalau grafiknya turun,
lain lagi responnya. Mengapa pada hari ini banyak bisnis kualitas rendah laku
keras? Bukan masalah ekonomi saja, tapi karena manusia sudah tidak mampu lagi
membedakan sesuatu dari segi kualitas, tapi apa yang menyenangkan mata dan
memuaskan hasrat.
Apa yang terjadi dengan Adam dan Hawa selanjutnya?
Mereka makan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat itu. Disitulah mereka dikatakan
jatuh ke dalam dosa. Mengapa makan buah itu mereka menjadi berdosa? Saudara di
sini kita melihat, bahwa ketika manusia mulai membangun hidupnya dari keinginan
mata, kenikmatan hidup, hasrat, maka hidupnya tidak akan kuat dan sangat rapuh
sekali. Keluarga-keluarga yang membangun rumah tangganya di atas dasar
keinginan mata, kenikmatan, hasrat, tidak akan kokoh dan sangat rapuh. Suatu
kali seorang pemudi konseling kepada seorang hamba Tuhan, dia baru saja putus
dari tunangannya. Hamba Tuhan ini bingung, karena tunangan dari pemudi ini ia
tahu betul seorang yang all in baik-baik saja, baik hati dan seorang dari
keluarga yang baik-baik. Lalu ia bertanya kepada pemudi ini: ”apa yang
sebenarnya terjadi?” Pemudi ini mengatakan sesuatu yang mengejutkan: Masalahnya
bukan karena pria ini kurang tampan, atau pria ini jahat, atau melakukan
kekerasan atau sesuatu yang buruk, bukan juga karena keluarganya menolak, namun
justru di awal saya berpacaran dengan dia, saya pikir saya akan merasa puas
karena sudah mendapatkan yang terbaik, namun ternyata justru ketampanan,
kebaikannya itu yang membuat saya takut kehilangan dia, saya seringkali
menangis seorang diri, saya sering curiga, meskipun saya tidak mengungkapkan
kepada dia, saya takut bersaing dengan orang lain, ini buat saya tidak tahan”
Kita tidak boleh melandaskan hidup kita, rumah
tangga hanya kepada apa yang bisa dinikmati oleh mata dan apa yang hanya
mendatangkan hasrat. Adam dan Hawa hidup sebagai suami istri, berkecukupan
dalam segala hal, mengapa salah jika menambahkan satu hal lagi saja dalam hidup
mereka dengan makan buah itu? Mengapa justru mereka menjadi jatuh dalam dosa?
Jawabannya adalah karena mereka tidak baik-baik mengingat suara Tuhan Allah.
Allah telah berfirman: Jangan kamu makan buah itu, karena pada waktu kamu
memakannya pastilah kamu akan mati! Adam dan Hawa jatuh karena mereka dipengaruhi
akan kenikmatan mata dan hasrat untuk memakan buah itu, mereka mengabaikan
suara/perintah Allah. Saudara, mata sebenarnya adalah sesuatu yang terbatas,
mata tidak dapat melihat bagian dari sebelah dinding. Mata terbatas, melihat
sejauh sesuatu yang menghalangi. Untuk apa yang ditawarkan oleh si jahat, Adam
dan Hawa sebenarnya hanya perlu menutup mata atau mengalihkan pandangan ke arah
yang lain, masalah selesai. Berbeda halnya dengan suara. Suara dapat melampaui
dinding-dinding pemisah. Suara mempengaruhi lebih dari apa yang bisa dipengaruhi
oleh mata. Selain suara Allah di taman itu Adam dan Hawa mendengar Other Voice.
Saya baru mendapatkan anak yang kedua. Anak saya
yang pertama, sebelum dapat adik, sering sulit tidur. Jadi saya biasanya
mengatakan: tidak usah susah, tutup mata saja, nanti tidur. Ternyata benar
saudara, dia tidur dalam waktu cukup singkat. Tapi belakangan, dia sulit tidur,
awal-awal saya katakan, tutup mata saja, nanti tidur. Dia tutup mata sebentar,
saudara, lalu mulai melek. Saya katakan kepada dia: tutup mata, tidur. Lalu dia
bilang satu kalimat: sudah pi, tapi Evan gak bisa tidur, dedek tuh ribut.
Saudara lihat, mata tidak bisa mengatasi masalah kantuk dia saudara, meskipun
mata tidak lagi mempengaruhi dia tapi suara itu jelas mempengaruhi dia meskipun
sudah pejamkan mata. Maka dari itu, saya putar otak, bagaimana dia bisa tidur.
Ah! Saya lalu katakan kepada dia, tidurlah, nanti kalau kamu bangun papi
ijinkan kamu minum yakult! Atau makan agar-agar (sesuatu yang dia suka)! Wah
ajaib saudara, gak berapa lama dia tidur cepat sekali.
Saudara, satu-satunya tantangan terbesar Adam dan Hawa
sesungguhnya adalah OTHER VOICE/ SUARA YANG LAIN selain apa yang menarik hati
dan baik kelihatannya dari buah itu. Adam dan Hawa tahu betul perintah Allah
bagi mereka, apa yang di larang Allah bagi mereka, namun karena ada other voice,
mereka disturb, mereka terganggu untuk mengingat suara Allah. Perintah Allah
kini menjadi samar-samar dalam ingatan mereka. Di depan kita tantangan besar
manusia sesungguhnya, bukan lagi apa yang dapat di lihat dan dinikmati, namun
apa yang sounding. Mengapa kita selalu membeli perangkat-perangkat yang baru,
meskipun yang lama tidak rusak, meskipun barang itu tidak kita butuhkan, bukan
karena apa yang kita lihat saja, tetapi karena apa yang kita dengar juga.
Bagaimana seandainya iklan-iklan di televisi itu hanya seputar gambar-gambar,
tidak ada kata-kata dan tulisannya, kira-kira saudara tertarik tidak? Saudara
hanya perlu menutup mata dan leave it (tinggalkan itu) masalah selesai. Tapi
ketika itu bersuara, maka meski tidak ada gambarpun, itu bisa mempengaruhi.
Dalam kasus Adam dan Hawa berarti iblis sudah pakai teknik audio visual yah saudara.
Karena ada other voice Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Mereka tidak lagi
menjunjung tinggi suara Allah, tidak mengingatnya dan bahkan menolak untuk
melakukannya, maka mereka menemukan diri mereka berdosa di hadapan Allah, dan
berbagai kesusahan hidup harus di terima sebagai resikonya. Demikian bila kita
hidup dengan tidak menjunjunng tinggi firman Allah. Kita bukan saja akan
menanggung segala konsekuensinya, namun tidak menutup kemungkinan kita akan
jatuh dalam dosa.
Saudara, bagaimana kita merespon? Banyak orang
bertanya: apa buktinya Firman Allah/ Alkitab bisa membuat hidup saya lebih baik?
Atau ada yang berkata, jikalau Firman Allah yang saudara percaya itu sungguh
bekerja untuk saudara bagaimana saudara yakin bahwa Alkitab itu sungguh bekerja
untuk saya? Apa respon kita! Jangan heran jika anak-anak kita bertanya jika
memang Firman Tuhan itu baik untuk saya mengapa papa dan mama selalu
bertengkar? Mengapa semua saling tidak peduli dalam rumah ini? Dan jangan heran
suatu hari anak-anak kita berkata kalau menurut papa dan mama firman Tuhan itu
baik, fine! Baik! Mungkin itu hanya berlaku untukmu dan untukku tidak! Di satu
sisi manusia berpikir bahwa Firman Tuhan itu seperti obat, sekali minum lalu
menyembuhkan, membuat hidup yang tadinya kacau menjadi baik. Lalu mulai
membanding-bandingkan, wah dia itu kesaksian luar biasa sekali yah, lalu orang
mulai berpikir, apa itu bisa berlaku untuk saya juga tidak ya?
Saudara, Alkitab bukan obat, Alkitab juga bukan
hanya untuk pleasurement, kesenangan hati kita. Alkitab adalah pelita bagi kaki
dan terang bagi jalan. Ini berarti Firman Tuhan adalah firman yang memimpin
kita, di dalam proses demi proses, memberi terang di setiap proses itu. Firman
Tuhan tidak mendemonstrasikan apa yang bisa di lihat mata, apa yang hanya memuaskan
hati, Firman Tuhan adalah Firman yang memimpin kita untuk hidup dalam ketaatan demi
ketaatan kepada Allah. Di situlah keindahan hidup Kristen. Di dalam kegelapan
kita dapat terus berjalan karena kita mendengar akan suara Allah yang memimpin
kita. Mungkin Allah tidak mengangkat kegelapan itu dari kita namun Allah ingin
memastikan bahwa tuntunan suara-Nya akan memimpin kita kepada kebenaran dan kekekalan.
Dan satu fakta yang menghiburkan dan menguatkan, di mana ada suara di sana
pasti ada sumber suara. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya Firman Allah bukan
hanya sekedar kata-kata melainkan fakta bahwa Allah ada, Allah masih menyertai,
Allah masih mempedulikan, Allah masih ingin berkomunikasi. Keluarga-keluarga
jangan tinggalkan Firman Allah, Gereja-gereja jangan tinggalkan Firman Allah,
pribadi-pribadi jangan tinggalkan Firman Allah. Tanpa Firman-Nya kita tidak
mampu tetap menjalani hidup ini. Banyak yang menarik mata dan memberikan
kenikmatan semu, banyak other voice yang menuntun kita dan anak-anak kita
menjauhi Tuhan. Junjung tinggi Firman Tuhan supaya kita melihat kelimpahan
hidup dalam Allah.
Hidup bukan hanya masalah tidak ada masalah, tidak
ada ribut-ribut, tidak ada konflik. Hidup itu harus di isi dengan ketaatan demi
ketaatan pada Allah, itulah yang menjadikan hidup ini berguna dan benar, hidup
ini penuh dengan kelimpahan Allah, karena kita menikmati hidup dalam anugerah
dan penyertaan-Nya yang sempurna. Kiranya kita terus menjunjung tinggi Firman
Allah. Amin